Pengembangan biomassa sebagai bahan bakar pengganti batubara di Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) tidak hanya meningkatkan bauran energi baru terbarukan (EBT), namun juga memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat lokal. |
Peningkatan produksi energi hijau ini diikuti dengan peningkatan konsumsi biomassa yang mencapai 1,62 juta ton pada tahun 2024, naik dari 1 juta ton di tahun sebelumnya. Pemanfaatan biomassa ini juga berhasil menurunkan emisi karbon sebesar 1,87 juta ton CO2, menjadi bukti nyata komitmen PLN dalam mendukung agenda pemerintah untuk mengurangi dampak perubahan iklim.
Dukungan Pemerintah dan Strategi PLN
Direktur Utama PLN, Darmawan Prasodjo, menegaskan bahwa implementasi co-firing biomassa merupakan bagian dari strategi besar PLN untuk menurunkan emisi karbon sekaligus memberdayakan masyarakat lokal. "Sesuai arahan dari Bapak Presiden Prabowo Subianto, PLN terus mendukung agenda swasembada energi dari pemerintah. Dulu PLN hanya bertugas menyediakan listrik, tetapi kini tugas PLN adalah menyediakan energi yang bersih dan affordable untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, menciptakan lapangan kerja, mengentaskan kemiskinan, sekaligus menjaga kelestarian lingkungan," ujar Darmawan.
Co-firing biomassa yang dijalankan PLN berhasil menyumbang bauran energi terbarukan sebesar 1,86% di tahun 2024, meningkat dari 1,2% di tahun 2023. Pencapaian ini menunjukkan bahwa langkah PLN dalam mengadopsi teknologi ramah lingkungan semakin efektif dan berdampak positif bagi lingkungan serta masyarakat.
Sumber Biomassa yang Dimanfaatkan
Sepanjang tahun 2024, PLN memanfaatkan berbagai sumber biomassa untuk mendukung program co-firing di PLTU. Beberapa sumber biomassa yang digunakan antara lain sawdust (serbuk gergaji), woodchip (potongan kayu), cangkang sawit, sekam padi, pellet sekam padi, bonggol jagung, bahan bakar jumputan padat (BBJP), pellet tankos kelapa sawit, cangkang kemiri, dan limbah racik uang kertas (LRUK).
Pemanfaatan biomassa ini tidak hanya berkontribusi pada peningkatan bauran energi baru terbarukan (EBT) di Indonesia, tetapi juga mendukung prinsip keberlanjutan dalam aspek Environmental, Social, and Governance (ESG). Selain mengurangi emisi karbon, teknologi ini juga mendorong pemanfaatan sumber daya secara lebih efisien dan berkelanjutan.
Mendorong Ekonomi Sirkuler dan Revitalisasi Lahan
Darmawan menjelaskan bahwa pemanfaatan biomassa juga membuka peluang untuk menciptakan ekonomi sirkuler. "Melalui biomassa, kita dapat menciptakan ekonomi sirkuler dengan memanfaatkan limbah pertanian, perkebunan, dan kehutanan yang sebelumnya tidak bernilai. Selain itu, lahan-lahan kritis bisa direvitalisasi agar lebih hijau dan produktif," ujarnya.
Program ini juga mendapat apresiasi dari Wakil Menteri Pertanian Republik Indonesia, Sudaryono. Ia menyatakan bahwa langkah PLN dalam mendorong program biomassa dengan memanfaatkan lahan kritis merupakan solusi tepat untuk menghadapi tantangan perubahan iklim. "Saya mengapresiasi langkah PLN dengan program ini. Kita dihadapkan pada tantangan perubahan iklim. Saya sangat menghargai karena dengan diwajibkan (program ini) maka sumber biomassa akan berasal dari tanah marjinal," ungkap Sudaryono.
Rencana Ekspansi di Tahun 2025
PLN berencana memperluas implementasi teknologi co-firing biomassa ke 52 PLTU pada tahun 2025. Proyeksi kebutuhan biomassa diperkirakan mencapai 10,2 juta ton per tahun. Untuk memastikan ketersediaan pasokan, PLN akan terus mengembangkan ekosistem biomassa berbasis ekonomi kerakyatan, salah satunya melalui program Pengembangan Ekosistem Biomassa Berbasis Ekonomi Kerakyatan dan Pertanian Terpadu.
Dengan langkah ini, PLN tidak hanya berkomitmen untuk mengurangi emisi karbon, tetapi juga mendorong pertumbuhan ekonomi lokal, menciptakan lapangan kerja, dan menjaga kelestarian lingkungan. Implementasi co-firing biomassa menjadi bukti nyata bahwa transisi energi bersih dapat dilakukan secara inklusif dan berkelanjutan.
Dengan berbagai pencapaian dan rencana ekspansi ke depan, PLN semakin memperkuat posisinya sebagai pelopor transisi energi bersih di Indonesia. Program co-firing biomassa ini tidak hanya memberikan dampak positif bagi lingkungan, tetapi juga membuka peluang besar bagi pemberdayaan masyarakat dan pertumbuhan ekonomi lokal.