Pembangkit Listrik Tenaga Sampah Memasuki Babak Baru Lewat Peran Offtaker PLN

SUARAJATIM — Dorongan pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) mulai memasuki fase yang lebih terstruktur. Pada forum Bloomberg Technoz Ecoverse di Jakarta, arah baru pengelolaan sampah berbasis waste-to-energy kembali dipertegas oleh pemerintah, pengembang, hingga PT PLN (Persero) sebagai offtaker utama listrik yang dihasilkan.

Suasana diskusi panel berjudul “From Waste to Watt: Bringing a Greener Indonesia” pada acara Ecoverse 2025 pada Kamis, (20/11). Foto: Dok. Bloomberg Technoz
Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartarto menyampaikan bahwa pembangunan PLTSa menjadi kebutuhan mendesak bagi kota-kota di Indonesia, terutama yang menghadapi persoalan sampah. Ia menekankan bahwa langkah tersebut juga berpengaruh langsung pada kualitas destinasi wisata.

“Melalui Danantara, Indonesia sudah berkomitmen membangun PLTSa, di mana tujuh proyek direncanakan dibangun pada 2026,” ujar Airlangga.
Ia menambahkan bahwa Presiden RI Prabowo Subianto menargetkan pembangunan 33 PLTSa di berbagai provinsi pada 2029. Target ini diarahkan untuk memperbaiki tata kelola sampah sekaligus mempercepat adopsi energi bersih.

“Presiden Prabowo Subianto menargetkan pada 2029, sebanyak 33 PLTSa sudah terbangun dan tersebar di berbagai provinsi Indonesia, khususnya untuk daerah-daerah yang memiliki permasalahan sampah,” tuturnya.

Kolaborasi Pengembang dan PLN dalam Sistem Pengelolaan Sampah
Managing Director Investment Danantara Indonesia, Stefanus Ade Hadiwidjaja, menilai pengembangan PLTSa sebagai kesempatan besar untuk memperbaiki lingkungan sekaligus menambah suplai energi.

“Indonesia punya peluang menjaga kehidupan melalui waste-to-energy. Namun, tidak ada yang bisa melakukannya sendiri. Proyek ini hanya mungkin apabila ada kolaborasi antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, dunia usaha, dan masyarakat,” kata Stefanus.

Ia menjelaskan bahwa Danantara menugaskan PLN sebagai offtaker dari listrik yang diproduksi PLTSa. Koordinasi kedua pihak berjalan dengan pola orkestrasi agar pengembangan tiap proyek berlangsung selaras dengan kebutuhan kelistrikan.
“Tanpa solusi sistemik, kolaboratif, dan terukur, tidak akan ada keberlanjutan kehidupan ekonomi ke depan,” ujar Stefanus.

PLN Siap Mengintegrasikan PLTSa ke Sistem Kelistrikan Nasional
Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo menegaskan bahwa PLN telah menyiapkan jaringan hingga rencana offtake untuk memastikan PLTSa dapat segera terhubung ke sistem kelistrikan di berbagai daerah.

“PLN mendukung penuh kebijakan pemerintah dalam percepatan pembangunan PLTSa. Peran kami adalah memastikan kesiapan jaringan, memberikan kepastian offtake, serta membuka ruang kerja sama dengan para pengembang,” ucap Darmawan.

PLN juga memperkuat sistem transmisi dan distribusi di wilayah prioritas pembangunan. Langkah ini diperlukan agar suplai energi dari sampah dapat mengalir stabil tanpa mengganggu pasokan listrik daerah.

“Integrasi ini penting untuk menjaga stabilitas pasokan listrik sekaligus memastikan pemanfaatan energi dari sampah dapat berjalan optimal,” jelasnya.

Executive Vice President Aneka Energi Baru Terbarukan PLN, Daniel K. F. Tampubolon, menjelaskan dalam sesi panel bahwa PLTSa telah masuk dalam RUPTL 2025–2034 sebagai bagian dari pengembangan bioenergi.

“Dalam RUPTL 2025–2034 yang kami luncurkan bersama pemerintah pada Mei 2025, waste-to-energy sudah kami masukkan sebagai salah satu pilar pengembangan energi baru terbarukan, khususnya dalam kategori bioenergi. Artinya, PLTSa sudah sepenuhnya align dengan peta jalan transisi energi nasional,” ujar Daniel.

Ia menyebut bahwa tantangan terbesar berada pada kesiapan penerapan 3R (Reduce, Reuse, Recycle) agar komposisi sampah lebih optimal sebagai bahan baku energi.

“Kami melihat banyak lesson learned dari proyek-proyek sebelumnya. Karena 3R belum sepenuhnya siap, maka diperlukan upaya de-risking investasi. PLN sebagai the extension of the state mengambil peran penting untuk menjawab kebutuhan ini,” pungkasnya.

Pengembangan PLTSa kini bukan lagi sekadar proyek infrastruktur, tetapi bagian dari transformasi pengelolaan sampah kota besar. Keberadaan PLN sebagai offtaker memperkuat fondasi proyek, sementara pemerintah membuka jalan percepatan implementasi.

Dengan berbagai inisiatif yang berjalan berdampingan, ekosistem waste-to-energy Indonesia memasuki momentum penting dalam mengurangi beban TPA dan mendukung masa depan energi yang lebih bersih.

LihatTutupKomentar