SUARAJATIM - PT PLN (Persero) mendorong percepatan pembangunan ASEAN Power Grid. Inisiatif ini menjadi tulang punggung integrasi sistem kelistrikan hijau regional di Asia Tenggara. Pembahasan tersebut mengemuka dalam agenda The 41st Heads of ASEAN Power Utilities/Authorities (HAPUA) Council Meeting di Labuan Bajo (3/10).
![]() |
Direktur Utama PLN, Darmawan Prasodjo menyampaikan bahwa Indonesia memiliki potensi energi baru terbarukan (EBT) yang sangat besar, namun dalam pengembangannya menghadapi tantangan _mismatch_ antara lokasi pusat EBT dengan pusat permintaan listrik. Jaringan listrik interkoneksi ASEAN menjadi salah satu solusi yang memungkinkan Indonesia berbagi energi, menyeimbangkan sistem, dan memperkuat ketahanan energi di kawasan. |
Executive Director ASEAN Centre for Energy (ACE), Ir. Ts. Abdul Razid Dawood, menyatakan jaringan listrik regional merupakan tonggak integrasi energi. “ASEAN Power Grid ini akan meningkatkan ketahanan energi bagi semua negara anggota ASEAN. Tentu saja kita juga harus mengatasi persoalan keterjangkauan sekaligus memastikan keberlanjutan energi dalam rangka mencapai target penurunan emisi karbon,” ujarnya.
Direktur Pembinaan Program Ketenagalistrikan Kementerian ESDM, Wanhar, menyebut hasil pertemuan HAPUA menjadi dasar penting. Dokumen tersebut akan merumuskan arah kebijakan energi regional lima tahun mendatang. Pada 43rd ASEAN Ministers on Energy Meeting (AMEM), para menteri energi akan menyetujui The Enhanced Memorandum of Understanding of ASEAN Power Grid.
Direktur Utama PLN, Darmawan Prasodjo, menjelaskan transformasi besar sedang berlangsung di Indonesia untuk mencapai swasembada energi. Pemerintah menugaskan PLN menyediakan energi andal dan terjangkau seraya mengurangi emisi gas rumah kaca.
“Kami ditugaskan oleh pemerintah melalui Kementerian ESDM untuk menyediakan energi yang terjangkau dan andal, namun pada saat yang sama juga mengurangi emisi gas rumah kaca. Dengan menyediakan energi yang terjangkau ini, kita akan mengundang lebih banyak investasi, menciptakan lebih banyak lapangan kerja, menghapus kelaparan, memberantas kemiskinan, mempercepat pertumbuhan ekonomi, dan menciptakan kesejahteraan bagi rakyat,” ujar Darmawan.
Hingga 2034, Indonesia berencana menambah kapasitas pembangkit baru sebesar 69,5 gigawatt. Sebanyak 76 persen diantaranya berasal dari Energi Baru Terbarukan (EBT). Pengembangan EBT menghadapi tantangan ketidaksesuaian geografis antara lokasi sumber daya dan pusat beban listrik.
Jaringan listrik interkoneksi ASEAN menjadi solusi mengatasi kendala tersebut. Skema ini memungkinkan Indonesia berbagi energi, menyeimbangkan sistem, dan memperkuat ketahanan energi kawasan. PLN membuka peluang kerja sama seluas-luasnya untuk mewujudkan ASEAN Power Grid.
“Kita tidak akan mampu menanggungnya sendirian. Satu-satunya jalan ke depan adalah kolaborasi. Kolaborasi strategi, kolaborasi inovasi teknologi, kolaborasi investasi, kolaborasi domestik, regional, dan internasional,” pungkas Darmawan.
Pembangunan ASEAN Power Grid merupakan langkah konkrit menuju sistem energi regional yang tangguh. Konektivitas lintas batas ini mendorong pemanfaatan potensi energi bersih yang tersebar di seluruh kawasan untuk masa depan yang lebih berkelanjutan.