Srikandi PLN Bentengi Anak Sekolah dari Bahaya Jaringan Listrik Tegangan Tinggi

Dampak Edukasi Srikandi PLN pada Kesadaran Keselamatan Listrik Anak Sekolah
SUARAJATIM — Pada Jumat (1/8), puluhan siswa SD dan SMP di empat sekolah wilayah Probolinggo menyimak materi tak biasa. Para Srikandi PLN—julukan pegawai perempuan PLN Unit Induk Transmisi Jawa Bagian Timur dan Bali (UIT JBM)—dengan sabar memaparkan risiko fatal bermain layang-layang dekat jaringan listrik. Mereka menggunakan model miniatur menara transmisi dan video animasi untuk menunjukkan bagaimana benang layang-layang bisa memicu padam listrik massal atau sengatan listrik mematikan.
Srikandi PLN mengajar siswa SD tentang bahaya bermain layang-layang dekat jaringan listrik
Kegiatan ini menyasar sekolah berdekatan langsung dengan jalur SUTT 150 kV dan SUTET 500 kV di UPT Probolinggo. Di MTS Sayyidul Quro Garahan, misalnya, siswa diajak mengenali bahaya di sekitar jaringan Jember-Genteng-Banyuwangi. Sementara di SDN Gondangrejo, fokus pada pengamanan lima jalur transmisi seperti Gondangwetan-Pier dan Gondangwetan-Grati.

Handy Wihartady, General Manager PLN UIT JBM, menjelaskan alasan pemilihan lokasi, “Kegiatan ini memang kami fokuskan ke lokasi yang paling dekat dengan jaringan transmisi tegangan tinggi dan ekstra tinggi yang tersebar di wilayah kerja UPT Probolinggo. Harapannya, agar edukasi tentang manfaat serta keselamatan ketenagalistrikan bisa dipahami sedari dini.”

Antusiasme terlihat jelas di SMPN 3 Panarukan. Guru dan siswa aktif bertanya setelah menyaksikan simulasi jarak aman bangunan dari jaringan listrik. Para Srikandi juga mengenalkan rambu peringatan berbentuk piktogram—seperti tengkorak dengan petir—untuk memudahkan anak-anak mengidentifikasi zona bahaya. Pemutaran video kecelakaan akibat layang-layang menyentuh kabel semakin memperdalam pemahaman peserta.
Para pegawai perempuan PLN memberikan simulasi jarak aman dari jaringan transmisi di SDN Gondangrejo, Probolinggo.
Handy menambahkan, “Kami terus berupaya untuk memastikan jaringan transmisi andal dan aman bagi masyarakat sekitar. Masyarakat jangan merasa ragu, jika melihat aktivitas berbahaya atau potensi bahaya di sekitar jaringan transmisi, langsung saja melapor ke PLN untuk kami tindaklanjuti segera.”

Edukasi serentak ini menjadi bagian program rutin Srikandi PLN. Sejak 2024, mereka telah menjangkau 12 sekolah di daerah rawan gangguan. Data PLN UIT JBM mencatat, 40% pemadaman listrik di wilayahnya selama 2024 disebabkan layang-layang tersangkut di jaringan. Melibatkan perempuan dalam sosialisasi dianggap efektif karena pendekatan komunikasi yang lebih persuasif kepada anak-anak.

Dinas Pendidikan Probolinggo menyambut baik inisiatif ini. Mereka berencana memasukkan materi keselamatan ketenagalistrikan ke kurikulum muatan lokal. Harapannya, pengetahuan praktis ini mengurangi angka kecelakaan sekaligus menjaga keandalan pasokan listrik untuk jutaan pelanggan di Jawa-Bali.
LihatTutupKomentar